08 Mei 2024

 



HAYAM WURUK


Hayam Wuruk lahir pada 1334 Masehi dari pasangan Cakradhara (Kerthawardhana Bre Tumapel) dan Tribwana Tunggadewi. Ibunya merupakan Raja wanita Majapahit.


Secara bahasa, Hayam Wuruk berasal dari dua kata, yaitu Hayam yang berarti Ayam Jantan/Jago dan Wuruk yang berarti terpelajar. Dinamakan demikian karena Raja ini selain jago juga memang cerdas dan terpelajar. Sementara itu, menurut Pararaton, nama lain dari Hayam Wuruk adalah Raden Tetep, sementara Kronik Cina mencatat namanya Wu-Lo-Po-Wu.


Pada tahun 1351, Ibunya turun tahta untuk menjadi Saphta Prabu (Penasehat Raja) serta menyerahkan jabatan Raja kepada Hayam Wuruk.


Pada saat dilantik menjadi Raja, Hayam Wuruk baru berusia 17 tahun, adapun gelar yang disandangnya adalah Maharajasa Sri Rajasanagara.


Menurut Negara Kertagama, Hayam Wuruk memerintah Majapahit selama 39 tahun, selama hampir empat puluh tahun itu Hayam Wuruk yang dibantu mahapatih Gajah Mada mampu membawa Majapahit mencapai puncak kejayaan.


Pada saat naik tahta, Raja ini belum menikah. Dari berbagai wanita yang disodorkan dalam bentuk lukisan ia memilih Putri Sunda untuk dijadikan istri pertamanya (Dyah Pitaloka), namun rencana itu ditentang oleh Bre Wengker (Pamannya) dan Gajah Mada. Kelak terjadi perang Bubat akibat dari penentangan ini. 


EYANG JAYA PERKASA

 


EYANG JAYA PERKASA


Jaya Perkasa adalah mantan Panglima Kerajaan Pajajaran era Prabu Suryakencana. Beliaulah orang yang diutus mengantarkan Pusaka Pajajaran ke Sumedang ketika Pajajaran menjelang runtuh.


Di Sumedang, Jaya Perkasa kemudian diangkat menjadi Patih, dan ketika beliau menjadi Patih itulah kondisi politik di Jawa berubah, dimana pada waktu itu Pajang sedang diguncang Pemberontakan Mataram


Bagi Jaya Perkasa, kondisi semacam itu adalah waktu yang tepat untuk membangkitkan lagi Kerajaan Pajajaran yang sebelumnya runtuh, sebab menurutnya sekutu Cirebon dan Banten sedang lemah. Jadi kalau Sumedang memproklamirkan perang dan memenangkan pertempuran maka seluruh tanah Sunda dapat disatukan kembali.


Dalam mewujudkan cita-citanya, Jaya Perkasa kemudian mempengaruhi Prabu Geusan Ulun, dan sang Raja Sumedang pun akhirnya setuju. Gerakan awal yang dilakukan Jaya Perkasa untuk memantik peperangan dengan Cirebon adalah dengan membawa lari selir Sultan Cirebon yang sebelumnya merupakan kekasih Geusan Ulun.


Perang Cirebon dan Sumedang pun akhirnya berkobar, namun dalam perang ini Jaya Perkasa tidak dapat menundukkan Cirebon.


Jaya perkasa dalam pertempuran dengan Cirebon dikisahkan wafat, namun dalam pendapat lain ia moksa karena kecewa pada prabu Geusan Ulun yang berubah pikiran dan malah mengajukan perjanjian damai kepada Cirebon dengan bantuan Kerajaan Mataram yang baru berdiri.


Dibawah Ini adalah gambar petilasan Jaya Perkasa, dipercayai sebagai tempat moksanya Jaya Perkasa, ditempat ini hingga kini tidak diperkenankan memakai batik, konon Jaya Perkasa sangat benci sekali dengan batik, sebab katanya Batik adalah pakaiannya orang Cirebon.



RAJA PAJAJARAN TERAKHIR

 


RAJA PAJAJARAN TERAKHIR

Raga Mulya merupakan raja terakhir Kerajaan Pajajaran. Ia menjabat sebagai raja selama 12 tahun yaitu dari Tahun 1567 M hingga 1579 M. Dalam Naskah Wangsakerta sosok Raga Mulya disebut sebagai Prabu Suryakencana sedangkan dalam Carita Parahiyangan dikenal dengan nama Nusya Mulya.

Raga Mulya menjadi Raja pelarian dengan berkedudukan di Suryakancana (Pandai Gelang), oleh karena itu ia juga dikenal sebagai Prabu Suryakencana atau Panembahan Pulasari.
Pulasari terletak di Kaduhejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Palasari. Menurut Pusaka Nusantara III dan Krethabumi I disebutkan bahwa "Pajajaran sirna ing ekadasa suklapaksa Wesakamasa sewu limang atus punjul siki ilang Sakakala" (Pajajaran runtuh pada tanggal sebelas bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka).

Sebelumnya, Keraton Pakuan telah direbut oleh Banten sehingga terpaksa Raga Mulya dinobatkan di wilayah Pelarian, akan tetapi kemudian hari wilayah yang menjadi tempat pelarian Raja terakhir pajajaran itu diserang oleh Maulana Yusuf dari Banten hingga tamatlah riwayat Pajajaran.

MAHKOTA PAJAJARAN

 


MAHKOTA PAJAJARAN

Ini merupakan mahkota Pajajaran, terbuat dari emas dan batu mulia. Mahkota inilah yang digunakan untuk prosesi penobatan Raja Pajajaran. Mahkota ini sekarang tersimpan di Sumedang.

Dahulu, ketika Prabu Suryakencana merasa nasib negaranya akan runtuh, ia menugaskan 4 panglima perangnya untuk mengamankan Pusaka Kerajaan termasuk mahkota, Pusaka Kerajaan tersebut kemudian dikirim ke Sumedang Larang.

Dengan penyerahan Pusaka Kerajaan inilah, Sumedang ditunjuk oleh Prabu Suryakencana sebagai pelanjut Kerajaan Pajajaran yang runtuh. Pada waktu itu Sumedang sedang diperintah oleh Prabu Geusan Ulun Angkawijaya. 

Amalan yang bisa membuat kebahagiaan dunia & Akhirat

 BARANG SIAPA MENGAMALKAN INI DOSA BESAR SEKALIPUN ALLAH AMPUNI